Penguat Sinyal
(Hari ke-13)
Tinggal disebuah desa yang berada di pegunungan memang menjadi
tantangan tersendiri.Apalagi bila bicara mengenai sinyal.Banyak masyarakat yang
mengeluhkan akan sulitnya mendapatkan sinyal di desa gunung sereng.Menurut
keterangan pak Muhammad selaku guru di sekolah salah satu MTS yang ada di dusun
Gunung Sereng mengatakan bahwa sulitnya mendapatkan sinyal berdampak dengan
kurangnya pengetahuan peserta didik.Di era modern saat ini internet bukan lagi
kebutuhan yang asing lagi melainkan kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan
oleh semua orang.Mengingat bahwa banyak sekali informasi yang bisa kita
dapatkan melalui internet.Oleh sebab itu empat dusun dari sebelas dusun yang
ada di desa gunung meminta kami untuk membuat penguat sinyal didaerah
mereka.Dengan demikian akses internet dapat berjalan dengan baik.
Di hari ke-13 KKN ini selain kami
melaksanakan proker pembuatan nugget tempe,dan diversifikasi olahan jagung
berupa brownies jagung di dusun Brumbung,kami juga membuat sebuah pengguat
sinyal sederhana.Alat tersebut terbuat dari bahan dasar yang tidak terpakai
lagi yaitu kaleng bekas dengan alat pendukungnya berupa kabel tembaga sepanjang
1 meter dan 3 pipa kuningan berukuran 8 cm.Selain bahan untuk membuatnya mudah
kita dapatkan,cara membuatnyapun cukup mudah yaitu dengan melilitkan kabel
tembaga yang ujungnya telah dikupas sepanang 10 cm kemudian masukkan 3 pipa
kuningan dalam kaleng dan tempelkan menggunakan lem bakar.Jika semua proses itu
sudah dilakuakn maka penguat sinyalpun siap untuk di testing.
Setelah membuat alat tersebut,kami
melakukan testing dengan menempelkannya di dinding luar rumah.Dan ternyata
hasilnya sangat mengejutkan.Sinyal salah satu anggota kelompok kami yang
awalnya tidak dapat mengakses internet karena ketidak tersediaan sinyal,kini
handphone tersebut selalu berbunyi dengan nada-nada media sosial yang selalu
diterima.Keterngan akses internet yang semula tidak ada konektifitas meskipun
paket data sudah diaktifkan,kini berubah menjadi H+.Namun uji coba kami tak
cukup sampai disitu.Kami juga melakukan uji coba di dusun Brumbung yang
terkenal sulitnya menangkap sinyal.Sebelum kami datang ke dusun tersebut tanpa
menggunakan pengat sinyal,sangat sulit sekali untuk mendapatkan sinyal apalagi
untuk melakukan komunikasi melalui telfon atau sms.Kurangnya sinyal didusun
tersebut membuat sulitnya akses internet.Namun setelah kami datang untuk
melakuakn uji coba alat penguat sinyal dari kaleng bekas yang telah kami
buat,hasilnya sangat memuaskan.Sinyal ok internetan lancarrrr... hehe J
That’s
nice experiences for us J
Perangkat desa Gunung Sereng yang menjabat sebagai kepala dusun atau apel adalah
1.
|
|
Nama : K.H.Abdullah
Jabatan : Tokoh Masyarakat
Dusun Batu Ampar
|
|
|
|
2.
|
|
Nama : Moh.Royan
Jabatan : Apel Dusun Timur
Gunung dan Bindung
|
|
|
|
3.
|
|
Nama : Mursyid
Jabatan : Apel Dusun Dejeh
Gunung
|
|
|
|
4.
|
|
Nama : Mohammad Sa’id
Jabatan : Apel Dusun Dejeh
Lorong
|
|
|
|
Desa Gunung Sereng adalah desa yang
mandiri.Hal ini dibuktikan dengan tradisi masyarakat yang selalu gotong royong
dalam memecahkan suatu masalah.Bahkan dalam mengatur atau membangun fasilitas
desa,kebanyakan memakai hasil swadaya dari masyarakat gunung sereng sendiri.Hal
tersebut disebabkan karena masyarakat tidak mau repot dalam mengurus
administrasi untuk diserahkan ke pemerintah yang menurutnya prosesnya cukup
panjang.Selain itu dalam hal kegiatanpun masyarakat menerapkan sistem gotong
royong seperti halnya jika ada acara pernikahan di rumah salah satu warga,maka
semua warga gunung sereng akan saling gotong royong untuk membantu mensukseskan
acara tersebut.Tradisi semacam ini sangat sulit sekali ditemukan diera modern
seperti sekarang ini.
Dalam peringatan Maulid Nabi di desa Gunung Sereng terdapat praktik
penyaluran zamat mal yang telah lama dilakukan oleh warga yang memperingati
Maulid Nabi.Masyarakat desa Gunung Sereng menyebut tradisi ini dengan sebutan
“Karmanyang”.Kata ini diambil dari bahasa madura yang artinya kembang
hiasan,dimana dalam tradisi ini,karmanyang ialah hiasan yang dibentuk dari
buah-buahan yang disusun dalam satu wadah yang diatasnya ditancapkan bendera
berupa uang kertas yang ditempel pada potongan banbu kecil seperti tusuk sate
dengan panjang sekitar 15 cm.Dalam menjadikan karmanyang sebagai falsafal bulan
Rabiul Awal,dalam kitab al Hawi lil Fatawi karya Imam Suyuti menjelaskan bahwa
bulan tersebut diartikan sebagai bulan semi atau perubahan yang awalnya gersang
menjadi subur saat Rasulullah lahir.Sehingga kaitan dari keduanya sebagai
simbol rasa syukur pada peringatan Maulid Nabi Muhammad.
Tradisi yang setiap tahunnya
diperingati oleh warga desa Gunung Sereng Bangkalan Madura ini dimulai dari jam
tujuh pagi waktu setempat dengan cara berkumpul pada sahibul hajah yang
mengajukan atau mengundang warga satu bulan sebelum tanggal peringatan
tersebut.Kemudian dikumpulkan pada langar atau mushallah.Peringatan Maulid Nabi
ini diawali dengan membaca shalawat burdah,kemudian shalawat sani hingga
sholawat maqam dan ditutup dengan do’a.Setelah itu,bersamaan dengan diiringi
bacaan shalawat Maulid Rosul,uang dari penghimpunan zakat mal ditaburkan oleh
sahibul hajah dan diperebutkan oleh warga,baik dari anak-anak kecil hingga
orang tua yang berada di pelataran dan buah karmanyangpun dibagikan pada kyai
dan orang berada di mushalla serta bungkusan yang berisi nasi dan laukpun juga
dibagikan secara merata.
Dalam menentukan makanan pokoknya,
masyarakat Desa Gunung Sereng memilih jagung yang diolah sebagai nasi jagung
sebagai makanan pokoknya.Sedangkan dalam memilih hidangan pelengkapnya,para ibu
rumah tangga memilih lauk pauk yang berasal dari hewani dan nabati yang
ekonomis.Namun dalam memilih makanan terdapat salah satu bahan makanan yang
pantang atau tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat yaitu ikan mundung.Konon
katanya dulu ikan tersebut adalah ikan yang menolong seorang Kyai daerah Gunung
Sereng yang saat itu akan tenggelam.Hal tersebutlah yang menjadikan tujuh
turunan tidak boleh mengkonsumsi ikan mundung tersebut.Bila ada masyarakat yang
melanggarnya maka akan terkena balak berupa berubahan warna putih yang tidak
wajar pada kulitnya.
Desa Gunung Sereng merupakan salah satu desa indah di Madura yang terletak di kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.Desa ini nmemiliki letak strategis dengan batas wilayah sebagai berikut :
Arah
|
Desa
|
Sebelah
Barat
|
Sumur
Kuning/Beypajung
|
Sebelah
Selatan
|
Buter
|
Sebelah
Timur
|
Utedeng
|
Sebelah
Utara
|
Tanah Merah
|
Diketahui hasil pertanian dan perkebunan dari warga desa Gunung Sereng ini berupa jagung,kacang tanah,ketela pohon dan padi.Produksi jagung yang dihasilkan rata-rata sebanyak 1,6 ton dengan panen total 736 ton pada luas tanah 460 Ha.Sedangkan produksi kacang tanah sebanyak 1,25 ton dengan panen total 143,75 ton pada luas tanah 115 Ha,ketela pohon dengan luas tanah 4 Ha menghasilkan hasil panen rata-rata 9,95 ton dengan jumlah produksi 39,8 ton dan penghasilan padi dengan luas tanah 4 Ha dapat menghasilkan total produksi 10,44 ton rata-rata 2,61 ton.
Total jumlah penduduk desa Gunung Sereng sebanyak 4.682 orang dengan jumlah laki-laki 2.255 orang dan jumlah wanita 2.427 orang.Desa Gunung sereng terbagi menjadi 11 dusun yaitu dusun Gunung Sereng,dusun Timur Gunung,dusun Brumbung,dusun Batu Ampar,dusun Parseh Beih,dusun Dejeh Gunung/Barat Gunung,dusun Dejeh Lorong,dusun Gunung Baris,dan dusun Sumur Leban.Setiap dusun di pimpin oleh pimpinan dusun atau biasa disebut dengan Apel.
Masyarakat desa Gunung Sereng masih sangat kental dengan tradisi "Gotong Royong".Setiap permasalahan yang ada di desa ini akan diputuskan secara musyawarah antara pemimpin atau perwakilan masyarakat yang dipercaya.Akan tetapi dalam segi pendidikan bagi masyarakat desa ini buanlah prioritas atau tujuan hidup.Banyak para remaja putri yang setelah lulus atau bahkan belum lulus bangku SMP atau MTS sudah dinikahkan.Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa tinginya pendidikan bagi seorang wanita tidak menjamin kebahagian dan peningkatan ekonominya.Sehingga banyak orang tua yang menikahkan anak perempuannya saat masih berusia 13-15 tahun.Sedangkan bagi para penduduk laki-laki,kebanyakan dari mereka akan pergi merantau untuk mencukupi kebutuhan ekonomi.Kurangnya pengetahuan membuat mereka yang bekerja di kota orang hanya berprofesi sebagai buruh atau pegawai.Akan tetapi setiap jerih payah mereka selalu di investasikan berupa rumah dan mobil.Sehingga jarang sekali akan ditemukan rumah yang tak bagus disini.Jarang sekali masyarakat desa gunung sereng yang melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.Rata-rata adalah lulusan SD atau MTS yang setara dengan jenjang sekolah menengah pertama.
Hari ini adalah hari ke-4 KKN
kami.Kelompok KKN 39 Universitas Trunojoyo Madura yang selalu kami
banggakan.Hari ini kami melakukan survei ke enam dusun dari sebelas dusun yang ada di desa Gunung
Sereng,Kwanyar,Bangkalan.Enam dusun tersebut adalah Batu ampar, Brumbung, Parseh
Beih, Dejeh Gunung, Sumur Leban dan Sumur Gunung.Tujuan kami melakukan survei
tersebut adalah untuk mengkonfirmasi kepada apel (aparatur dusun) setempat
terhadap persiapan program kerja yang akan kami laksanakan.
Kami membentuk
2 kelompok yang masing-masing terdiri dari empat orang.Kelompok pertama
mengunjungi dusun laok gunung,Brumbung,Parseh Beih,Dejeh Gunung dan Timur
Masjid.Di dusun Parseh Beih kami mengalami sedikit kendala karena Apel dusun
tersebut yaitu bapak Mad Kholil sedang sakit sehingga belum bisa
ditemui.Sedangkan wakil beliaupun juga belum kami temui karena sedang ada
keperluan di Bangkalan.Namun kedatangan kami didusun tersebut mendapatkan
apresiasi yang sangat baik dari warga setempat terutama terkait salah satu
proker utama kami yaitu diversifikasi olahan jagung.Sedangkan di dusun
Brumbung,kami berkunjung ke rumah bapak Dhobir yang menjabat sebagai apel dusun
tersebut.
Didusun
tersebut sedang ada pernikahan salah satu warga setempat sehingga banyak
ibu-ibu yang sedang membantu memasak disana.Kedatangan kamipun disambut dengan
baik oleh mereka karena ada beberapa proker kami yang memanfaatkan jagung yang
menjadi hasil tani kebanyakan warga disana.Kami akan memberikan pelatihan
kepada ibu-ibu didusun tersebut untuk mengolah jagung menjadi jajanan yang
belum pernah diketahui sebelumnya.Dan hal tersebut ternyata diberikan apresiasi
yang sangat besar oleh masyarakat.Di dusun Dejeh Gunung kami belum bisa bertemu
dengan bapak Mursyid sebagai apel dusun tersebut karena beliau sedang
berkunjung ke rumah saudara.Namun kami ttidak pulang dengan tangan hampa,kami
menemui masyarakat setempat dan berdiskusi mengenai proker-proker kami.Dan
alhamdulillah kami disambut dengan baik disana.