Rabu, 12 Agustus 2015
Dalam peringatan Maulid Nabi di desa Gunung Sereng terdapat praktik
penyaluran zamat mal yang telah lama dilakukan oleh warga yang memperingati
Maulid Nabi.Masyarakat desa Gunung Sereng menyebut tradisi ini dengan sebutan
“Karmanyang”.Kata ini diambil dari bahasa madura yang artinya kembang
hiasan,dimana dalam tradisi ini,karmanyang ialah hiasan yang dibentuk dari
buah-buahan yang disusun dalam satu wadah yang diatasnya ditancapkan bendera
berupa uang kertas yang ditempel pada potongan banbu kecil seperti tusuk sate
dengan panjang sekitar 15 cm.Dalam menjadikan karmanyang sebagai falsafal bulan
Rabiul Awal,dalam kitab al Hawi lil Fatawi karya Imam Suyuti menjelaskan bahwa
bulan tersebut diartikan sebagai bulan semi atau perubahan yang awalnya gersang
menjadi subur saat Rasulullah lahir.Sehingga kaitan dari keduanya sebagai
simbol rasa syukur pada peringatan Maulid Nabi Muhammad.
Tradisi yang setiap tahunnya
diperingati oleh warga desa Gunung Sereng Bangkalan Madura ini dimulai dari jam
tujuh pagi waktu setempat dengan cara berkumpul pada sahibul hajah yang
mengajukan atau mengundang warga satu bulan sebelum tanggal peringatan
tersebut.Kemudian dikumpulkan pada langar atau mushallah.Peringatan Maulid Nabi
ini diawali dengan membaca shalawat burdah,kemudian shalawat sani hingga
sholawat maqam dan ditutup dengan do’a.Setelah itu,bersamaan dengan diiringi
bacaan shalawat Maulid Rosul,uang dari penghimpunan zakat mal ditaburkan oleh
sahibul hajah dan diperebutkan oleh warga,baik dari anak-anak kecil hingga
orang tua yang berada di pelataran dan buah karmanyangpun dibagikan pada kyai
dan orang berada di mushalla serta bungkusan yang berisi nasi dan laukpun juga
dibagikan secara merata.